
BahriNews.id | Medan — Teriakan “Tutup TPL!” menggema di depan Kantor Gubernur Sumatera Utara, Senin (10/11/2025). Ratusan massa dari berbagai elemen masyarakat Batak mengepung kantor pemerintahan itu menuntut Gubernur Bobby Nasution bertindak tegas terhadap PT Toba Pulp Lestari (TPL), perusahaan yang dituding menjadi biang penderitaan masyarakat adat.
Aliansi Gerakan Tutup Toba Pulp Lestari yang beranggotakan Horas Bangso Batak (HBB), Lamtoras Sihaporas, KSPPM, AMAN Tano Batak, Persaudaraan 98, Generasi Muda Batak, Naposo Angkola, hingga Masyarakat Batak Bersatu, bersatu dalam satu seruan: “Hentikan penindasan, kembalikan tanah adat kami!”

“TPL telah merampas tanah ulayat dan menindas masyarakat. Kami tidak akan berhenti sampai perusahaan ini ditutup!” tegas Koordinator aksi dengan suara bergetar penuh amarah.
Massa menuding, praktik kekerasan, intimidasi, hingga kriminalisasi terhadap warga dilakukan oleh pihak-pihak yang diduga suruhan perusahaan.
Agus Halawa, SH, orator aksi sekaligus kuasa hukum masyarakat Tapanuli Selatan, menuding TPL telah memperlakukan warga seolah penjahat di tanahnya sendiri.

“Warga bukan mencari kaya, mereka hanya membela tanah leluhur. Tapi mereka malah ditangkap atas laporan perusahaan. Di mana hati nurani pemerintah?” ujarnya lantang.
Massa mendesak Gubernur Bobby Nasution keluar dan menemui rakyat, namun tak kunjung muncul. Kekecewaan pun memuncak.
“Bobby jangan jadi Gubernur penonton! Rakyatmu menjerit di depan kantormu sendiri!” seru salah satu orator.
Aksi damai berubah menjadi gelombang perlawanan moral. Seruan “Tutup TPL” kini menjadi simbol kebangkitan rakyat Batak melawan keserakahan korporasi yang merampas hak dan martabat mereka.
Reporter: Mhd. Zulfahri Tanjung
Editor: Zulkarnain Idrus
