Oleh Redaksi | BahriNews.id
JAKARTA — Tiga pekan pasca kematian tragis diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan, Kepolisian Daerah Metro Jaya akhirnya membeberkan hasil penyelidikan yang disebut telah rampung. Namun alih-alih menjawab teka-teki, keterangan resmi polisi justru memunculkan lebih banyak pertanyaan.
Tubuh Arya ditemukan pada 8 Juli 2025 dalam kondisi mengenaskan di kamar kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Wajahnya tertutup lakban kuning, pintu terkunci dari dalam, dan kunci hanya ada satu—di tangan korban. Kondisi yang ganjil dan memantik dugaan kuat publik soal pembunuhan.
Namun dalam konferensi pers, Selasa (29/7/2025), polisi menyebutkan indikasi kuat bahwa Arya tewas karena bunuh diri. Alasannya? Temuan riwayat email pribadi korban yang disebut mengarah pada niat mengakhiri hidup.
“Kami temukan email korban ke lembaga pendamping krisis psikologis. Ada dua fase komunikasi, tahun 2013 dan 2021. Isinya menyatakan keinginan untuk bunuh diri,” ungkap IPDA Saji Purwanto, penyidik Ditreskrimsus PMJ.
Email Lama, Tapi Wajah Tertutup Lakban?
Penelusuran digital terhadap perangkat Arya menunjukkan bahwa komunikasi terakhir terjadi pada 2022, atau tiga tahun sebelum kematian. Ini memunculkan tanda tanya besar:
- Apakah niat bunuh diri pada 2021 relevan dengan kematian 2025?
- Mengapa wajah korban dililit lakban hingga tewas jika itu adalah tindakan bunuh diri?
Kombes Wira Satya Triputra, Dirkrimum Polda Metro, menegaskan bahwa timnya telah memeriksa 24 orang saksi dari total 26 yang diundang. Saksi-saksi mencakup kerabat, tetangga, rekan kerja, hingga orang terakhir yang berinteraksi dengan Arya.
Namun, hingga saat ini tidak ada satu pun saksi yang melihat langsung korban dalam kondisi terancam atau menyatakan bahwa Arya mengeluh akan bunuh diri.
Fakta Lapangan Tak Kalah Aneh
Penyelidikan juga mencatat sejumlah kejanggalan yang belum bisa dijelaskan secara tuntas, antara lain:
- Gerak-gerik orang tak dikenal yang terekam mondar-mandir di sekitar kamar Arya malam sebelum kejadian.
- Arya sempat terlihat berada di rooftop gedung Kementerian Luar Negeri, beberapa jam sebelum jasadnya ditemukan.
- Jenis lakban kuning yang menutup wajah korban, kini tengah ditelusuri sumber dan sidik jarinya.
Apakah semua ini konsisten dengan skenario bunuh diri? Polisi belum memberikan jawaban pasti.
Kompolnas: Kasus Rumit, Butuh Ketelitian
Dalam gelar perkara tertutup pada Senin (28/7), Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang turut hadir menyebut kasus Arya sebagai “perkara rumit dengan banyak simpul.” Kompolnas mendesak agar tidak ada kesimpulan prematur yang justru menyesatkan publik.
“Kami tidak ingin tragedi seorang pejabat negara ini ditutup dengan narasi tunggal. Harus ada transparansi dan pengujian ulang terhadap semua bukti,” ujar sumber BahriNews.id dari Kompolnas.
Publik Waspada, Institusi Harus Bersih
Arya Daru dikenal sebagai diplomat muda potensial yang bertugas menangani sejumlah isu strategis luar negeri. Kematian mendadak di tengah karier yang menanjak menimbulkan berbagai spekulasi, termasuk kemungkinan motif pekerjaan, tekanan institusional, hingga keterlibatan pihak ketiga.
Dengan arah penyelidikan yang kini lebih menyorot kemungkinan bunuh diri berdasarkan email-email lama, publik patut mengawasi proses hukum secara kritis.
BahriNews.id menegaskan bahwa transparansi, pembukaan rekaman CCTV, forensik lakban, serta jejak komunikasi hari-hari terakhir korban harus diumumkan utuh ke publik—bukan sekadar potongan narasi.
Kesimpulan Masih Mengambang
Untuk saat ini, polisi memang mengarah pada dugaan bunuh diri. Tapi dengan tubuh terkunci dari dalam, wajah dilakban, dan jejak digital tiga tahun silam dijadikan dasar, pertanyaan terbesar masih menggantung:
Apakah Arya benar-benar bunuh diri? Atau ini skenario yang disusun rapi?
BahriNews.id akan terus mengawal kasus ini hingga terang benderang. Karena nyawa diplomat negara bukan sekadar angka statistik.
—
📍 BahriNews.id | Lebih Tajam, Lebih Berani Menyorot Fakta
📩 redaksi@bahrinews.id | Twitter & IG: @bahrinews_indonesia